Bagian 1
Madinah
Tahun ini alhamdulilah saya diberi izin oleh Allah untuk berumroh. Saya berangkat ke tanah suci dengan kakak saya dan keponakan saya tanggal 29 Juni 2011. Kami ikut rombongan Pesantren Al Muhajirin yang terletak di kota Purwakarta. Jumlah peserta umroh periode ini 28 orang plus 2 orang pendamping (Bapak dan ibu Haji Abun Bunyamin–pemilik pesantren).
Berangkat dari pesantren ba’da subuh tanggal 29 Juni, kami tiba di Bandara Soekarno-Hatta sekitar jam 7.30. Perjalanan dari Purwakarta ke Bandara cukup lancar karena hari masih pagi dan kebetulan hari itu adalah hari libur. Setelah pengambilan tiket pesawat dan pemeriksaan passport dan barang bawaan, kami menunggu di ruang tunggu penerbangan Lion Air kurang lebih satu jam sebelum masuk pesawat.
Perjalanan dari Jakarta menuju Jeddah memakan waktu kurang lebih 9 jam dengan perbedaan waktu 4 jam. Kami berangkat jam 12.30 dari Jakarta dan tiba jam 21.30 wib atau jam 17.30 waktu Jeddah. Selesai shalat Magrib di bandara Jeddah kami melanjutkan perjalanan menuju Madinah dengan menggunakan bis. Perjalanan dari Jeddah ke Madinah memakan waktu kurang lebih 5 jam.
Kami tiba di hotel Al Andalus Madinah sekitar jam 01.00 pagi. Kami bertiga menempati kamar 913. Kekhawatiran saya akan kesulitan yang akan saya hadapi di negeri Arab ini sirna setiba saya di hotel. Segala sesuatu yang saya perlukan sangat mudah saya dapatkan di sini–mulai dari bahasa, saya tidak mengalami kesulitan berbahasa karena banyak staf hotelnya adalah orang Indonesia; penukaran riyal, pegawai hotel menawarkan penukaran rupiah ke riyal dengan harga yang tidak jauh beda dengan harga tukar di money changer; cenderamata, pegawai hotel juga menjual oleh-oleh untuk dibawa ke tanah air dengan harga yang bersaing. Singkat kata, segalanya sangat mudah di sini.
Setiba di kamar hotel, saya langsung mandi dan makan. Selanjutnya saya pergi ke Masjid Nabawi (Al Haram) untuk shalat tahajud sambil menunggu datangnya waktu subuh. Ternyata letak masjid sangat dekat dengan hotel tempat saya menginap. Jaraknya tak lebih dari 100m. Bahkan pemandangan masjid dapat saya lihat melalui jendela kamar hotel saya.
Penjagaan pintu masuk Masjid Nabawi sangat ketat. Sebelum memasuki masjid , jamaah diperiksa oleh penjaga masjid. BAgi yang membawa handphone, kamera, atau makanan mereka tidak diperbolehkan memasuki masjid ini. Terpaksalah mereka shalat di halaman masjid.
Sepulang shalat Subuh, di luar pelatan masjid banyak sekali orang berjualan (semacam pedagang kaki lima atau pasar kaget). Mereka berjualan di luar halaman masjid setiap ba’da shalat. Mereka hanya diperbolehkan berjualan selama satu jam sebelum akhirnya mereka diusir oleh petugas patroli (hal ini mengingatkan saya akan negeri tercinta–Indonesia :D). Dengan lantang para pedagang ini menawarkan dagangan mereka dalam dua bahasa–Arab dan Indonesia, “Lima riyal…lima riyal…semuanya lima riyal..”
Bertransaksi dengan pedagang di sana pun tidaklah sulit. Walaupun kemampuan berbahasa Indonesia mereka terbatas, paling tidak untuk urusan jual beli di “pasar kaget” atau di pasar pertokoan di sini tidaklah sulit.
to be continued….Tour di Madinah
Bu Atin,,,,, ayo lanjutin ngeblognya atuh,,, blognya suah bagus
Iya nih..belum sempet aja..tar lah aq coba sempatkan waktu buat lanjut cerita nya..
ya atuh
maaf bu jika ada yg butuh riyal… saya Jual RIYAL khusus pecahan 1, 5 & 10. Untuk Umroh & Haji
lokasi Jakarta Selatan/Jabodetabek
hub Ary : 02194396817 (esia, sms dulu jg gpp) 😀
Baik mas..makasih..